Bengkulu.seribufakta.com – Setelah Provinsi Jambi yang jadi tuan rumah Hari Kopi Internasional 2019 yang jatuh pada 1 Oktober lalu, pemerintah telah menentukan provinsi selanjutnya yang akan jadi tuan rumah pada perayaan tahun depan. Tak lain dan tak bukan, provinsi itu adalah Bengkulu.
Provinsi Bengkulu ditunjuk menjadi tuan rumah festival kopi nasional pada pencanangan Hari Kopi Internasional 1 Oktober 2020 mendatang. Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian RI Gati Wibawaningsih saat membuka Bencoolen International Marine Festival Provinsi Bengkulu di Benteng Malborough Kota Bengkulu, Sabtu (28/09/19).
Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian RI Gati Wibawaningsih dalam kesempatan itu mengatakan, masyarakat Bengkulu mestinya bersyukur punya gubernur seperti Gubernur Rohidin ini, karena Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah ini sangat visioner sekali, keratif dan inovatrif dengan menggelar even-even besar di Benteng Marlborough, yang merupakan Benteng terbesar di Asia dimana sebelumnya tidak dikenal banyak orang dan sekarang dideklarasikan.
“Potensi Bengkulu ini dari produksi kopinya aja bagus, punya alam yang bagus dan memiliki satu-satunya Benteng yang terbesar di Asia dan ini kalau bisa dikembangkan sangat bagus sekali untuk promosi dunia, apalagi memiliki Gubernur yang visioner seperti pak Rohidin ini,” ujar Gati Wibawaningsih.
Sementara itu, Dilansir dari jokowidodo.app, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengatakan, Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang masuk ke dalam “segitiga emas” kopi bersama, Jambi, Lampung, dan Sumatera Selatan. Itulah sebabnya, tak berlebihan jika provinsi ini didorong sebagai tuan rumah perayaan Hari Kopi Internasional 2020.
“Khususnya jenis robusta, dari rasanya kopi Bengkulu sudah diakui enak,” ujar Gati di Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Bengkulu menjadi tempat bagi 66.999 petani kopi di 10 kabupaten/kota, dan 64.632 petani penanam kopi robusta. Hasil produksinya per tahun 2016 mencapai 55.168,9 ton. Sementara untuk kopi arabika, jumlah petaninya sekitar 2.367 petani, dengan hasil produksi 1.506 ton.
Dari sisi produksi, Provinsi Bengkulu juga menjadi salah satu penghasil kopi terbesar dengan rata-rata 56,88 ribu ton per tahun dari jenis kopi robusta dan arabika.
Presiden AVPA Puji Keberhasilan Gubernur Rohidin
Belum lama ini, Kopi Bengkulu berhasil meraih di 3 kategori awards pada Kejuaraan Kopi Internasional AVPA (Agency for the Valorization of the Agricultural Products) – Prancis. Atas keberhasilan tersebut, Presiden AVPA Mr. Philippe Juglar mengapresiasi atas prestasi dan komitmen Gubernur Rohidin dan masyarakat Bengkulu terkait pengembangan kopi Bengkulu ini.
Menurutnya, dengan kekhasan aroma dan citarasa kopi Bengkulu ini, jelas memberikan peluang besar bagi kebangkitan ekonomi masyarakat melalui kopi.
“Kita ucapkan selamat kepada masyarakat terutama kepada Gubernur Bengkulu telah mendedikasikan semua usaha dan waktunya untuk mengembangkan Kopi Bengkulu,” jelas Mr. Juglar pada Press Conference Gubernur Bengkulu bersama Presiden AVPA terkait Provinsi Bengkulu meraih 3 Kategori Awards Pada Kontes Kopi Internasional AVPA di Perancis, di Media Center Pemprov Bengkulu, Jum’at (18/10).
Selain itu, lanjut Juglar, penghargaan kepada Gubernur Rohidin sangat layak diberikan, pasalnya pendampingan dari pemerintah daerah mulai dulu ke hilir sangat masif. Diketahui saat ini, di Bengkulu sudah tumbuh dan kembang pelaku kopi hilir sepanjang 3 tahun terakhir, dan mencapai kurang lebih 135 brand kopi premium Bengkulu muncul ke permukaan.
“Karena hal tersebut sangat penting untuk konsumsi nasional, apalagi hal ini di negara-negara konsumen mereka juga mulai melakukan pengembangan juga dan kalau kita mau bersaing maka kita harus mengenal lebih baik kualitas dan meningkatkan kuantitas kopi kita sendiri, menaikkan konsumsi nasional sendiri kemudian mempromosikannya ke luar negeri,” ujar Mr. Juglar.
Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah menyatakan keberhasilan ini, jelas berkat perjuangan dan komitmen masyarakat Bengkulu dan para pelaku kopi Bengkulu yang hingga saat ini terus bersinergi dengan Pemda Provinsi Bengkulu.
“Berkat penghargaan ini permintaan pasar nertworking Indonesia terhadap kopi Bengkulu tinggi sekali. Jadi mereka minta dari UKM untuk menyiapkan 40 sampai 50 ton dalam bentuk bubuk kopinya,” ungkapnya.
Setelah ini, lanjut Gubernur Rohidin, tugas selanjutnya memastikan pengelolaan kopi itu sesuai dengan standar yang dibutuhkan pasar nasional dan internasional.
“Yang tidak kalah pentingnya menjaga kontinuitas. Maka kita harus secara bersama-sama bagaimana memperbaiki budidaya, pengolaan pasca panen dan tentu harusnya branding ini harus kita jaga terus,” kata Gubernur Rohidin.
Industri Prioritas Pengembangan
Kenapa Hari Kopi Internasional patut dirayakan? Hal ini tak lain Indonesia berada di peringkat keempat negara produsen kopi di dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia dengan produksi rata-rata 700 ribu ton per tahun atau 9 persen dari produksi kopi dunia saat ini.
Dirayakan di Indonesia pertama kali sejak tahun 2016, Hari Kopi Internasional bertujuan untuk merayakan budaya dan gaya hidup minum kopi yang sudah mengakar kuat di masyarakat Indonesia. Selain itu juga memberikan semangat dan apresiasi kepada petanikopi melalui gerakan pendapatan petani, peningkatan produktivitas dan kualitas kopi nusantara.
Saat ini Indonesia bukan cuma sebagai produsen, tetapi juga konsumen yang cenderung tinggi karena minum kopi saat ini telah menjadi gaya hidup kekinian. Hal ini bisa dilihat dengan tumbuhnya roastery, kafe, dan kedai kopi di kota besar dan kota kecil di Indonesia.
Kemenperin mencatat, perdagangan produk kopi olahan pada tahun 2018 mengalami surplus lebih dari US$ 420 juta atau sekitar Rp 5,9 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan 10,28% dari surplus di tahun 2017.
Menurut Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim, ekspor produk kopi olahan memberikan pemasukan kepada devisa yang cukup besar pada tahun 2018, yakni mencapai US$ 579,90 juta atau sekitar Rp 8,2 triliun. Peningkatannya mencapai 19,1% dibandingkan tahun 2017.
“Ekspor produk kopi olahan dari Indonesia yang didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi, telah menembus ke sejumlah pasar mancanegara di ASEAN, China, dan Uni Emirat Arab,” tegasnya.
Dengan potensi pasar di dalam negeri dan luar negeri yang terus berkembang, industri pengolahan kopi masuk dalam kelompok industri makanan dan minuman yang mendapatkan prioritas pengembangan sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0.
Tak heran, pemerintah menggelontorkan berbagai kebijakan demi peningkatan performa industri kopi. Adapun kebijakan diwujudkan dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) seperti barista, roaster, penguji cita rasa (cupper). Kemudian, peningkatan nilai tambah biji kopi di dalam negeri dan peningkatan mutu kopi olahan utamanya kopi sangrai (roasted bean) melalui penguasaan teknologi roasting.
“Kami juga mendorong pengembangan standar produk melalui SNI dan standar kompetensi kerja (SKKNI). Kami berharap di masa depan, Indonesia menjadi eksportir utama produk kopi olahan di Asia dan dunia,” sampai Rochim.
Tentang Hari Kopi Sedunia
Hari kopi adalah perayaan tahunan yang awalnya dirayakan pada tanggal yang berbeda-beda di setiap negara untuk merayakan kenikmatan minuman kopi sekaligus meningkatkan kepedulian terhadap petani kopi.
Peringatan hari kopi secara internasional, pada awalnya terdapat dua versi soal penanggalan peringatan Hari Kopi Intenational atau biasa disebut pula World Coffee Day. Versi yang pertama menyebut 29 September, lainnya pada 1 Oktober . Awalnya, sekitar 17 negara yang merayakan Hari Kopi pada 29 September seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang, Skotlandia, Ethiopia, Britania Raya, dan Australia.
Tapi belakangan, 1 Oktober disepakati menjadi International Coffee Day atau Hari Kopi Internasional. Kesepakatan ini berdasarkan sidang International Coffee Organization (ICO) pada Maret 2014 lalu. Negara-negara yang tergabung didalamnya sepakat mengatur perayaan pertama Hari Kopi Internasional pada 1 Oktober 2015 untuk membuat satu hari perayaan bagi pencinta kopi seluruh dunia.
ICO merupakan organisasi antar pemerintah untuk kopi untuk menyatukan ekspor dan impor menghadapi tantangan perkopian dunia melalui kerja sama internasional.
Selanjutnya, Hari Kopi Internasional diresmikan organisasi kopi internasional tersebut di Kota London, Inggris pada 2015. Awalnya hanya 74 negara, dan kini 77 negara dan 24 asosiasi kopi tergabung dalam ICO. Mereka mewakili 98 persen produksi kopi dunia dan 83 persen konsumsi dunia.
Hari Kopi Sedunia pertama kali diperingati pada 1 Oktober 2015 oleh Organisasi Kopi Internasional di Milan, Italia. Kini, setiap tanggal 1 Oktober , dirayakan secara suka cita sebagai Hari Kopi atau World Coffee Day oleh para komunitas dan penikmat kopi di seluruh dunia.